Selamat Datang di Blog Anak Langga

Kamis, 21 Maret 2013

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Topik Sumber Daya Alam Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share



ABSTRAK


Yolanda R. Bidul. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Topik Sumber Daya Alam Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi yang diajarkan yakni materi sumber daya alam. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tinangkung pada kelas XI IPS 2 dengan jumlah siswa sebanyak 33 orang. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I kegiatan siswa menunjukkan bahwa dari 33 siswa yang menjadi obyek penelitian, berdasarkan 8 aspek yang diamati, masih terdapat beberapa indikator yang belum dapat dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran, diantaranya yaitu indikator (2) menunjukkan bahwa 45,45% siswa tidak bekerja sama dengan kelompoknya masing-masing, indikator (3) menunjukkan bahwa 48,48% siswa tidak aktif dalam kelas, dan indikator (6) yang menunjukkan hanya terjadi sedikit peningkatan yaitu pada pertemuan 1 sebanyak 39,39% dan pertemuan 2 sebanyak 36,36%. Untuk hasil belajar siswa menunjukkan bahwa dari 33 siswa yang memperoleh nilai 65 keatas sejumlah 42,42% atau hanya 14 orang siswa yang dikatakan tuntas. Hasil penelitian pada siklus II terjadi peningkatan yaitu dari 8 aspek yang diamati, siswa yang biasanya tidak aktif dalam kelas, tidak bekerja sama dengan kelompoknya, dan tidak tekun dalam mengerjakan tugas, telah berubah dan telah mengikuti yang di anjurkan oleh guru sehingga kelas terlihat aktif. Keaktifan siswa pada siklus II ini telah membawa perubahan pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Untuk hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu dari 33 siswa yang menjadi obyek penelitian 90,90% dikatakan tuntas atau 30 siswa memperoleh nilai 65 ke atas, sedangkan 3 orang siswa dikatakan belum tuntas. Dengan melihat hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II, bahwa penggunaan metode Think Pair Share mempunyai pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa dan kualitas pengajaran.


Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Think Pair Share, Hasil Belajar Siswa

Materi LDK Mahasiswa (Manajemen Kepemimpinan)



MANAJAMEN KEPEMIMPINAN

A.    Tujuan:
1.      Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai konsep manajemen kepemimpinan.
2.      Memberikan motivasi kepada peserta untuk memiliki ambisi menjadi pemimpin dalam kehidupan sehari-hari (termasuk dalam berorganisasi).

B.     Manfaat
Setelah mengikuti materi ini peserta diharapkan dapat:
1.      Mengetahui lebih lanjut apa yang di maksud dengan kepemimpinan.
2.      Memahami konsep manajemen kepemimpinan.
3.      Termotivasi untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dan di aktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

C.    Materi
·         Definisi kepemimpinan
·         Teori Kepemimpinan
·         Tujuan Kepemimpinan
·         Tugas Pokok Pemimpin / Manager
·         Peranan Pemimpin
·         Dimensi-dimensi Kepemimpinan
·         Sifat-sifat Pemimpin
·         Model pemimpin dalam mengambil keputusan
·         Tipologi Kepemimpinan
·         Pemimpin dan manajemen
·         Pandangan kepemimpinan
·         Hal mendasar yang perlu untuk seorang pemimpin
·         Manajemen kepemimpinan


1.      Definisi Kepemimpinan
·         Kepemimpinan adalah prilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas-aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (share goal) (Hemhill& Coons, 1957:7)
·         Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasitertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satuatau beberapa tujuan tertentu (Tannenbaum, Weschler & Massarik, 1961:24)
·         Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi (Stogdill, 1974:411)
·         Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan beradadiatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutin organisasi (Katz & Kahn,1978:528)
·         Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi kearah pencapaian tujuan (Rauch & Behling, 1984:46)
·         Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang dinginkan untuk mencapai sasaran (Jacob & Jacques, 1990:281)
·         Para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberi kontribusi yangefektif terhadap orde sosial dan yang diharapkan dan dipersepsikan melakukannya (Hosking, 1988:153)
·         Kepemimpinan sebagai sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktifitas-aktifitas serta hubungan-hubungan didalam sebuah kelompok atau organisasi (Yukl, 1994:2)

2.      Teori Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini. Ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat dikemukakan disini adanya tiga teori kepemimpinan:
ü  Teori Genetis (Keturunan). Inti dari teori menyatakan bahwa—Leader are born and not made—(pemimpin  itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis. Teori ini menganggap bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seorang pemimpin. Menurut teori ini kepemimpinan diartikan sebagai traits within the individual leader. Jadi seseorang dapat menjadi pemimpin karena dilahirkan sebagai pemimpin dan bukan karena dibuat atau dididik untuk itu (leader were borned and note made).
ü  Teori Sosial. Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa—Leader are made and not born—(pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup. Teori ini memandang kepemimpinan sebagai fugsi kelompok (function of the group). Menurut teori ini, sukses tidaknya suatu pemimpin tidak hanya dipengaruhi oleh sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi justru yang lebih penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang didampinginya.
ü  Teori Ekologis. Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Teori ini tidak hanya didasari atas padangan yag bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga ekonomi dan politis. Menurut teori ini kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi (function of the situation). Teori yang ketiga ini menunjukkan bahwa, betapapun seorang pemimpin telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan dapat menjalankan fungsinya sebagai anggota kelompok, sukses tidaknya kepemimpinannya masih ditentukan pula oleh situasi yang selalu berubah yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan kehidupan kelompok yang didampingnya.
Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik. Selain pendapat-pendapat yang menyatakan tentang timbulnya gaya kepemimpinan tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan.
3.      Tujuan Kepemimpinan
ü  Mengupayakan kesejahteraan bagi orang banyak sehingga menjadi berguna bagi semua orang. Bukan sebaliknya.
ü  Menolong setiap anggota mengembangkan potensinya secara penuh sehingga bisa lebih produktif dan efisien.
ü  Menolong kelompok dalam pencapaian tujuan atau visi-misi pelayanan melalui kerja tim yang efektif.
4.      Tugas Pokok Pemimpin/Manager
Menurut james A F Stoner, tugas utama seorang pemimpin adalah
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi. Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan. Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya mencapai tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas – tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus mengatur waktu secara efektif, dan menyelesaikan masalah secara efektif. Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasikan masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaanmenjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain. Konflik selalu terjadin pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus menjadi seorang mediator (penengah) seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya. Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
Menurut Henry Mintzberg, para pemimpin adalah :
Peran hubungan antara perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pengaruh tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi. Fungsi peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara. Peran pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.
Prinsip, sebagai paradigm terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi.
Menurut Stephen R. covey (1997)
Prinsip adalah bagian dari suatu kondisi,realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama system pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti ; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana dan kekuatan.
Pemimpin adalah inti dari manajemen. ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan – alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana –rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama sama.
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang – orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertuntu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu mempengaruhi perilaku orang lain. Kepemimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang – orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan atau diarahkan oleh orang yang memimpinnya.
5.      Peranan Pemimpin
1.      Sebagai Pelaksana (executive)
2.      Sebagai Perencana (planner)
3.      Sebagai Seorang Ahli (expert)
4.      Wakil Organisasi (representing)
5.      Mengawasi Hubungan (controller of internal relationship)
6.      Sebagai pemberi Ganjaran atau Pujian dan Hukuman (purveyor of rewards and punishments)
7.      Sebagai Wasit dan Penengah (arbitrator and mediator)
8.      Merupakan bagian dari Kelopmpok (exemplar)
9.      Merupakan Lambang Kelompok (symbol of the group)
10.  Pemegang Tanggungjawab (surrogate for individual responsibility)
11.  Sebagai Seorang Ayah (father figure)
12.  Sebagai Kambing Hitam (Scape Goat)
6.      Dimensi-dimensi Kepemimpinan
Dalam usahanya maenggabungkan teori dan penelitian tentang kepemimpinan, David G. Bowers dan Stanley E. Seashore mengusulkan empat dimesi pokok dari struktur fundamental kepemimpinan, yaitu:
1.   Bantuan (support)—tingkah laku yang memperbesar perasaan berharga seseorang dan merasa dianggap penting.
2.   Kemudahan Interaksi—tingkah laku yang memberanikan anggota-anggota kelompok untuk mengembangkan hubungan-hubungan yang saling menyenangkan.
3.   Pengutamaan Tujuan—tingkah laku yang merangsang antusiasme bagi penemuan tujuan kelompok mengenai pencapaian prestasi yang baik.
4.   Kemudahan Bekerja—tingkah laku yang membantu pencapaian tujuan dengan kegiatan-kegiatan seperti penetapan waktu, pengkoordinasian, perencanaan, & penyediaan sumber-sumber seperti alat-alat, bahan-bahan & pengetahuan teknis.

7.      Sifat-sifat Pemimpin
Sifat-sifat yang diperlukan seorang pemimpin agar dapat sukses dalam kepemimpinannya, lima sifat pemimpin menurut Thierauf; 16 sifat-sifat yang dibutuhkan pemimpin adalah; Kecerdasan, Inisiatif, Daya khayal, Bersemangat (enthusiasme), Optimisme, Individualisme, Keberanian, Keaslian (Orijinilitas), Kesedian Menerima, Kemampuan berkomunikasi, Perilaku yang wajar terhadap sesame, Kepribadian, Keuletan, Manusiawi , Kemampuan mengawasi, dan Ketenangan diri.

8.      Model Pemimpin dalam Mengambil Keputusan
(Vromm & Yetton)
ü  Model DIREKTIF: Membuat putusan sendiri (make decision alone). Jika tingkat keefektifan teknis dan tingkat motivasi dukungan bawahan rendah.
ü  Model KONSULTATIF: Membuat putusan secara konsultatif (consult). Jika tingkat keefektifan teknis dari bawahan tinggi, tetapi tingkat motivasi dukungan bawahan rendah.
ü  Model DELEGATIF: Membuat putusan dengan mendelegasikan (delegate). Jika tingkat keefektifan teknis bawahan rendah dan tingkat motivasi dukungan bawahan tinggi.
ü  Model PARTISIPATIF: Membuat putusan bersama (share decision). Jika tingkat keefektifan teknis maupun tingkat motivasi dukungan bawahan keduanya tinggi.
9.      Tipologi Kepemimpinan
(Sondang P. Siagian)
1)      Tipe Otokratis. Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut:
·         Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi;
·         Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;
·         Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata;
·         Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat;
·         Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya;
·         Dalam tindakan pengge-rakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2)      Tipe Militeristis. Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut :
·         Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan;
·         Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya;
·         Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan;
·         Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
·         Sukar menerima kritikan dari bawahannya;
·         Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3)      Tipe Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut :
·         Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa;
·         Bersikap terlalu melindungi (overly protective);
·         Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan;
·         Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif;
·         Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya;
·         Dan sering bersikap maha tahu.
4)      Tipe Karismatik. Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma.
·         Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.
·         Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F. Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ganteng.
5)      Tipe Demokratis. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
·         Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia;
·         Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya;
·         Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya;
·         Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan;
·         Ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain;
·         Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; dan
·         Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.
ANALISA MANAJEMEN KEPEMIMPINAN

A.    Pemimpin dan manajemen
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama.
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-mimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya.
Motivasi orang untuk berperilaku ada dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Dalam hal motivasi ekstrinsik perlu ada faktor di luar diri orang tersebut yang mendorongnya untuk berperi-laku tertentu. Dalam hal semacam itu kepemimpinan adalah faktor luar. Sedang motivasi intrinsik daya dorong untuk berperilaku tertentu itu berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Jadi semacam ada kesadaran kemauan sendiri untuk berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki mutu kerjanya.
Dalam proses tersebut pimpinan membimbing, memberi pengarahan, mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diingini bersama. Semua yang dilakukan pimpinan harus bisa dipersepsikan oleh orang lain dalam organisasinya sebagai bantuan kepada orang-orang itu untuk dapat meningkatkan mutu kinerjanya. Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang sangat penting. Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus bermutu, atau memberi pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu adalah suatu keharusan yang mulia, dan lain sebagainya. Dengan nilai-nilai baru yang dimiliki itu orang akan tumbuh kesadarannya untuk berbuat yang lebih bermutu. Dalam ilmu pendidikan ini masuk dalam kawasan affective.
B.     Pandangan Kepemimpinan
·         Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
·         Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
·         Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;
·         Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
·         Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.
·         Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
·         Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.
·         Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: 
·         Pemahaman materi; 
Memperluas materi melalui belajar dan pengalaman
·         Mengajar materi kepada orang lain; 
·         Mengaplikasikan prinsip-prinsip; 
·         Memonitoring hasil; 
·         Merefleksikan kepada hasil; 
·         Menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi; 
·         Pemahaman baru; dan 
·         Kembali menjadi diri sendiri lagi.

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: 
1.      Kemauan dan keinginan sepihak;
2.      Kebanggaan dan penolakan; dan 
3.      Ambisi pribadi. 

Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

C Hal Mendasar Yang Perlu Untuk seorang pemimpin
a.       Organisasi :
Mengapa organisasi yang dipimpinnya ini ada dan untuk apa ? Jawaban ter-hadap pertanyaan yang sangat mendasar ini perlu dikuasai secara baik oleh semua orang yang memegang tampuk kepemimpinan dari suatu organisasi. Tanpa menguasai jawabannya secara baik diragukan apakah mereka akan mampu mengarahkan orang-orang lain dalam organisasi itu ke tujuan yang seharusnya.
b.      Visi :
Akan menjadi organisasi yang bagaimanakah organisasi itu di masa depan ? Orang-orang yang memegang kepemimpinan perlu memiliki pandangan jauh ke depan tentang organi-sasinya; mereka ingin mengembangkan organisasinya itu menjadi organisasi yang bagaimana, yang mampu berfungsi apa dan bagaimana, yang mampu memproduksi benda dan jasa apa dan yang bagaimana, serta untuk dapat disajikan kepada siapa ? Visi ini seharusnya berjangka panjang, misalnya 10 tahun atau 25 tahun ke dapan, agar dapat memfasilitasi usaha-usaha perbaikan mutu kinerja yang berkelanjutan.


c.       Misi :
Mengapa kita ada dalam organisasi ini ? Apa tugas yang harus kita lakukan ? Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan visi tersebut di atas. Bagaimana visi itu akan dapat diwujudkan ? Tugas-tugas pokok apakah yang harus dilakukan oleh organisasi agar visi atau kondisi masa depan organisasi tadi dapat diwujudkan. Rumusan tentang misi organisasi ini juga seharusnya dapat dikuasai dengan baik dan jelas oleh orang-orang yang memegang kepemimpinan agar mereka dapat memberi arahan yang benar dan jelas kepada orang-orang lain.
d.      Nilai-nilai
Prinsip-prinsip apa yang diyakini sebagai kebenaran yang berfungsi sebagai pedoman dalam menjalankan tugas organisasi, dan ingin agar orang lain dalam organisasi juga mengadopsi prinsip-prinsip tersebut. Misalnya mutu, fokus pada pelanggan, disiplin, kepelayanan adalah nilai-nilai yang seharusnya dianut oleh orang-orang yang memegang kepemimpinan MMT.
e.       Kebijakan
Ialah rumusan-rumusan yang akan disampaikan kepada orang-orang dalam organisasi sebagai arahan agar mereka mengetahui apa yang harus dilakukan dalam menyediakan pelayanan dan barang kepada para pelanggan. Orang-orang yang memegang kepemim-pinan harus mampu merumuskan kebijakan-kebijakan semacam itu agar orang-orang dapat menyajikan mutu seperti yang diinginkan oleh organisasi.
f.       Tujuan-tujuan Organisasi
Ialah hal-hal yang perlu dicapai oleh organisasi dalam jangka panjang dan jangka pendek agar memungkinkan orang-orang dalam organisasi memenuhi misinya dan mewujudkan visi mereka. Tujuan-tujuan organisasi itu perlu dirumuskan secara kongkrit dan jelas.
g.      Metodologi :
Adalah rumusan tentang cara-cara yang dipilih secara garis besar dalam bertindak menuju pewujudan visi dan pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Metodologi ini terbatas pada garis-garis besar yang perlu dilakukan dan bukan detil-detil teknik kerja.
Ketujuh hal yang sangat mendasar itu perlu dikuasai dan dalam implementasi MMT hal itu akan dituangkan dalam merumuskan rencana strategis untuk mutu. Tanpa kemampuan merumuskan ketujuh hal itu secara spesifik dan mengkomunikasikannya kepada orang-orang dalam organisasi, sulit bagi orang-orang itu untuk mewujudkan mutu seperti yang diinginkan.
D. Manajemen Kepemimpinan
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasi atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing” sedang pelaksanaannya disebut manager atau pengelola (Terry dan Leslie, 2003).
Fungsi Manajemen
Terry (2003:15) membagi fungsi manajemen sebagai berikut:
·         Perencanaan
Perencanaan adalah proses memutuskan tujuan-tujuan apa yang akan dikejar selama suatu jangka waktu yang akan datang dan apa yang dilakukan agar tujuan-tujuan itu dapat tercapai. Perencanaa efektif haruslah didasarkan atas faktafakta dan informasi dan tidak atas emosi dan keinginan. Perencanaan yang memadai harus berlangsung sebelum kegiatan. Membalikkan urutan-urutan ini berarti, bahwa kegiatan dikacaubalaukan dengan hasil.
Perencanaan merupakan kegiatan awal yang sangat menentukan pelaksanaan fungsi-fungsi lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa kegiatan perencanaan dilakukan untuk mengantisipasi berbagai ketidaksiapan yang akan dihadapi pada masa yang akan datang, akibat adanya ketidak siapan. Oleh karena itu kegiatan perencanaan meliputi hal-hal sebagai berikut: (a) Mengadakan survey terhadap lingkungan, (b) Menentukan sasaran, (c) Meramalkan kondisi-kondisi dimasa yang akan dating, (d) Menentukan sumber-sumber yang diperlukan, (e) Memperbaiki dan menyelesaikan rencana karena adanya perubahan-perubahan kondisi.
Manullang (1996:18) berpendapat bahwa perumusan rencana pada dasarnya bermaksud menjawab enam pertanyaan berikut: (1) tindakan apa yang harus dilkerjakan, (2) apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan, (3) dimanakah tindakan itu harus di lakukan, (4) kapankah tindakan itu dilaksanakan, (5) siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu, (6) bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu.

Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akanm dilaksanakan pada masa yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan (Gaffer, 1987 dalam Syaiful, 2009:47). Oleh karena itu perencanaan merupakan proses penetepan dan pemanfaatan sumber-sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efesian dan efektif dalam mencapai tujuan. Dengan demikian perencanaan adalah sasaran untuk bergerak dari keadaan masa kini kesuaatu keadaan dimasa yang akan datang sebagai suatu proses yang menggambarkan kerja sama untuk mengembangkan upaya peningkatan organisasi secara menyeluruh.
Pendapat di atas menunjukkan bahwa dalam kegiatan perencanaan perlu memperhatikan tingkat ketersediaan sumber daya serta peluang yang ada dalam mengimplementasikan pekerjaan. Termasuk pada bagian ini turut direncakan siapa yang menjadi pengelola, kapan harus dikelola, serta bagaimana strategi yang harus dilakukan untuk melaksanakan setiap rencana yang telah dilakukan. Dengan demikian maka perencanaan sesungguhnya merupakan langkah strategis untuk menentukan arah dan kebijakan tentang yang akan dilakukan sehingga tujuan dapat dicapai.
·         Pengorganisasian
Menurut Purwanto (1998:16) Kegiatan pengorganisasian merupakan lanjutan dari kegiatan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan pengorganisasian dilakukan untuk menyusun dan merancang kegiatan yang direncakan dapat berjalan dengan baik. Pengorganisasian terfokus pada kegiatan pengidentifikasian pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan melalui penentuan sumber daya organisasi dengan cara membagi pekerjaan dalam tugas-tugas tertentu serta mengelompokkannya sesuai dengan deskripsi tugas-tugas dalam jabatan-jabatan. Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan dilaksanakan secara utuh dapat mencapai target yang diharapkan.
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugastugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing organisasi kegiatan pengorganisasian adalah untuk menentukan siapa yag akan melaksanakan tugas sesuai prinsip pengorganisasian.
Salah satu prinsip pengorganisasian adalah terbaginya sebuah tugas dalam berbagai unsur organisasi secara profesional, dengan kata lain pengorganisasian yang efektif adalah membagi habis dan menstrukturkan tugas-tugas kedalam subsub atau komponen-komponen organisasi. Pengorganisasian diartikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih orang-orang serta mengalokasikan sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam organisasi.

Pengorganisasian juga dimaksudkan mengatur mekanisme kerja organisasi, sehingga dengan pengaturan tersebut dapat menjamin pencapaian yang ditentukan.
·         Penggerakan
Fungsi penggerakan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan dalam kegiatan perencanaan dan pengorganisasian. Terry (2003:17) Kegiatan penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawaipegawainya, memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan dan member kompensasi kepada mereka. Ini menunjukkan bahwa kegiatan penggerakan dilakukan untuk mensuport agar setiap personil organisasi bersedia melakukan aktivitas melalui motivasi serta mediasi pimpinan organisasi.
Menggerakkan (actuating) menurut Terry 2003:17) berarti merangsang anggota-anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik. Tugas menggerakkan dilakukan oleh pemimpin, oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting menggerakan personel melaksanakan program kerja sekolah.
·         Koordinasi (coordination): penerapan sistem formal untuk mencapai koordinasi lebih besar kepemimpinan terasa sebagai pengaman. Sistem organisasi umumnya tidak efektif karena muncul krisis birokrasi, dan umumnya krisis itu akan terjadi jika organisasi menjadi terlalu besar dan rumit untuk dikelola solusinya adalah kolaborasi.
Sedangkan Oteng Sutisna (1983:199) merumuskan organisasi adalah mempersatukan sumbangan-sumbangan dari orang-orang, bahan dan sumbersumber lain kearah tercapainya maksud yang telah ditetapkan. Sementara itu, Purwanto (1984:29) mengemukakan koordinasi adalah aktivitas membawa hubungan yang harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan dalam hubungan yang harmonis dan produktif.
·         Pengawasan
Pengawasan adalah suatu proses dasar, serupa saja dimanapun ia terdapat dan apapun yang diawasi. Pengawasan yang tepat membantu hubungan-hubungan manusia yang baik. Fungsi pengawasan ialah cara untuk menentukan apakah diperlukan sesuatu penyesuaian atau tidak dan karena itu ia haruslah merupakan bagian integral dari sistem manajemen. Secara umum pengawasan dikaitkan dengan upaya untuk mengendalikan, membina dan pelurusan sebagi upaya pengendalian mutu dalam arti luas. Melalui pengawasan yang efektif, roda organisasi, inplementasi rencana, kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Pengawasan ialah fungsi administrator memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki. Mengawasi ialah proses dengan mana administrasi melihat apakah yang terjadi itu sesuai dengan yang apa yang seharusnya terjadi, jika tidak maka penyesuaian yang perlu di buatnya.
Sedangkan Hadari Nawawi (1989:43) menegaskan bahwa pengawasan dalam administrasi berarati kegiatan mengukur tingkat efektifitas kerja personal dan tingkat efensiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan. Kemudian
Johnson (1973:74) mengemukakan bahwa pengawasan adalah sebagai fungsi sistem yang melakukan penyesuaian terhadap rencana. Mengusahakan agar penyimpangan-penyimpangan tujuan sistem hanya dalam batas-batas yang dapat ditoleransi. Artinya pengawasan sebagai kendalai perdorman petugas, proses, dan output sesuai dengan rencana, kalaupun ada penyimpangan hal itu diusahakan agar tidak lebih dari batas yang dapat ditoleransi (Pidarta, 1988: 168 dalam Syaiful Sagala, 2009). Semua fungsi yang telah dijelaskan di atas tidak akan efektif tanpa fungsi pengawasan. Manulang (1996:20) mengartikan pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan dapat diarahkan kejalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan semula. Dengan pengawasan yang intensif maka cenderung akan memberikan hasil yang optimal dalam setiap pekerjaan. Oleh karenanya pengawasan pada setiap pekerjaan perlu dilakukan secara efektif untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi.
Manajemen Kepemimpinan lebih diarahkan kepada kelompok-kelompok kerja yang memiliki tugas atau fungsi masing-masing, tidak memfokus kepada individu. Hal ini akan berakibat tumbuh berkembangnya kerjasama dalam kelompok-kelompok. Motivasi individu akan menjadi tugas semua orang dalam kelompok, jadi kelompok kerja menjadi sumber motivasi bagi setiap ang-gota dalam kelompok. Karena pimpinan selalu menilai kinerja kelompok, bukan individu, maka masing-masing kelompok akan berusaha memacu kerjasama yang sebaik-baiknya, kalau perlu dengan menarik-narik teman sekelompoknya yang kurang benar kerjanya.
Kepemimpinan Manajemen tidak selalu membuat keputusan sendiri dalam segala hal, tetapi hanya melakukannya dalam hal-hal yang akan lebih baik kalau dia yang memutuskannya. Sisanya diserahkan wewenangnya kepada ke-lompok-kelompok yang ada di bawah pengawasannya. Hal ini dilakukan terutama untuk hal-hal yang menyangkut cara melaksanakan pekerjaan secara teknis. Orang-orang yang ada dalam kelompok-kelompok kerja yang sudah mendapatkan pelatihan dan sehari-hari melakukan pekerjaan itulah yang lebih tahu bagaimana melakukan pekerjaan dan karenanya menjadi lebih kompeten untuk membuat keputusan dari pada sang pimpinan.
Seorang pimpinan Manajemen selalu mendambakan pembaharuan, sebab dia tahu bahwa hanya dengan pembaharuan akan dapat dihasilkan mutu yang lebih baik. Oleh karena itu dia harus selalu mendorong semua orang dalam organisasinya untuk berani melakukan inovasi-inovasi, baik itu menyangkut cara kerja maupun barang dan jasa yang dihasilkan. Tentu semua itu dilakukan melalui proses uji coba dan evaluasi secara ketat sebelum diadopsi secara luas dalam organisasi. Sebaliknya seo-rang pimpinan tidak sepatutnya mempertahankan kebiasaan-kebiasaan kerja lama yang sudah terbukti tidak menghasilkan mutu seperti yang diharapkan olah organisasi maupun oleh para pe-langgannya.
Pemimpin Manajemen selalu bertindak proaktif yang bersifat preventif dan antisipatif. Pemimpin Manajemen tidak hanya bertindak reaktif yang mulai mengambil tindakan bila su-dah terjadi masalah. Pimpinan yang proaktif selalu bertindak untuk mencegah munculnya masa-lah dan kesulitan di masa yang akan datang. Setiap rencana tindakan sudah difikirkan akibat dan konsekuensi yang bakal muncul, dan kemudian difikirkan bagaimana cara untuk mengeliminasi hal-hal yang bersifat negatif atau sekurang berusaha meminimalkannya. Dengan demikian ke-hidupan organisasi selalu dalam pengendalian pimpinan dalam arti semua sudah dapat diper-hitungkan sebelumnya, dan bukannya memungkinkan munculnya masalah-masalah secara me-ngejutkan dan menimbulkan kepanikan dalam organisasi. Tindakan yang reaktif biasanya sudah terlambat atau setidaknya sudah sempat menimbulkan kerugian atau akibat negatif lainnya.
Pimpinan dalam Manajemen dianjurkan melakukan pembandingan dengan organisasi lain, membandingkan mutu organisasinya dengan mutu organisasi lain yang sejenis. Kegiatan ini disebut benchmarking. Pimpinan Manajemen selalu berusaha menya-mai mutu kinerja organisasi lain dan kalau bisa bahkan berusaha melampaui mutu organisasi lain. Bila pimpinan berbicara tentang mutu organisasi lain dan kemudian ingin menyamai atau melebihi mutu organisasi lain itu, berarti pmpinan itu berbicara tentang persaingan. Setiap organisasi berusaha mendapatkan pelanggan yang lebih banyak dan yang berciri lebih baik. Usaha ini hanya akan berhasil kalau organisasi itu mampu berkinerja yang mutunya lebih tinggi dari organisasi lain. Ini persaingan. Manajemen dikembangkan untuk memenangkan persaingan. Oleh karena itu pimpinan Manajemen selalu harus menyadari adanya persaingan dan berbicara tentang itu dengan orang-orang dalam organisasinya.
Pemimpin Manajemen tidak berusaha memusatkan kepemimpinan pada dirinya, tetapi akan menyebarkan kepemimpinan itu pada orang-orang lain, dan hanya menyisakan pada dirinya yang memang harus dipegang oleh seorang pimpinan. Kepemimpinan yang dimaksudkan adalah pengambilan keputusan dan pengaruh pada orang lain. Pengambilan tentang kebijaksanaan organisasi tetap ditangan pimpinan-atas, dan lainnya yang bersifat operasional atau bersifat teknis disebarkan kepada orang-orang lain sesuai dengan kedudukan dan tugasnya. Dalam banyak hal bahkan pengambilan keputusan itu diserahkan kepada tim atau kelompok kerja tertentu. 

Evaluasi dan simulasi
Dalam memberikan evaluasi dan simulasi, pemateri dapat berkoordinasi langsung dengan panitia pelaksana kegiatan.