MANAJAMEN KEPEMIMPINAN
A. Tujuan:
1. Memberikan
pemahaman kepada peserta mengenai konsep manajemen kepemimpinan.
2. Memberikan
motivasi kepada peserta untuk memiliki ambisi menjadi pemimpin dalam kehidupan
sehari-hari (termasuk dalam berorganisasi).
B. Manfaat
Setelah mengikuti
materi ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengetahui
lebih lanjut apa yang di maksud dengan kepemimpinan.
2. Memahami
konsep manajemen kepemimpinan.
3. Termotivasi
untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dan di aktualisasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
C. Materi
·
Definisi kepemimpinan
·
Teori
Kepemimpinan
·
Tujuan
Kepemimpinan
·
Tugas
Pokok Pemimpin / Manager
·
Peranan
Pemimpin
·
Dimensi-dimensi
Kepemimpinan
·
Sifat-sifat
Pemimpin
·
Model
pemimpin dalam mengambil keputusan
·
Tipologi
Kepemimpinan
·
Pemimpin dan manajemen
·
Pandangan kepemimpinan
·
Hal mendasar yang perlu untuk seorang
pemimpin
·
Manajemen kepemimpinan
1.
Definisi Kepemimpinan
·
Kepemimpinan adalah prilaku dari seorang
individu yang memimpin aktifitas-aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang
ingin dicapai bersama (share goal) (Hemhill& Coons, 1957:7)
·
Kepemimpinan adalah pengaruh antar
pribadi yang dijalankan dalam suatu situasitertentu, serta diarahkan melalui
proses komunikasi, kearah pencapaian satuatau beberapa tujuan tertentu
(Tannenbaum, Weschler & Massarik, 1961:24)
·
Kepemimpinan adalah pembentukan awal
serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi (Stogdill, 1974:411)
·
Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh
sedikit demi sedikit pada dan beradadiatas kepatuhan mekanis terhadap
pengarahan rutin organisasi (Katz & Kahn,1978:528)
·
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi kearah pencapaian tujuan (Rauch
& Behling, 1984:46)
·
Kepemimpinan adalah sebuah proses
memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan yang
mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang dinginkan untuk mencapai
sasaran (Jacob & Jacques, 1990:281)
·
Para pemimpin adalah mereka yang secara
konsisten memberi kontribusi yangefektif terhadap orde sosial dan yang
diharapkan dan dipersepsikan melakukannya (Hosking, 1988:153)
·
Kepemimpinan sebagai sebuah proses
pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja dijalankan oleh
seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktifitas-aktifitas serta
hubungan-hubungan didalam sebuah kelompok atau organisasi (Yukl, 1994:2)
2. Teori
Kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan
tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam
memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk
tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat
yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola
tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh
bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dari
seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori
berikut ini. Ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat dikemukakan disini
adanya tiga teori kepemimpinan:
ü Teori
Genetis (Keturunan). Inti dari teori menyatakan bahwa—Leader are born and
not made—(pemimpin itu dilahirkan
(bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan
pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah
dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang
ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia
akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis
pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis. Teori ini
menganggap bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang berupa sifat-sifat
yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seorang pemimpin. Menurut teori ini
kepemimpinan diartikan sebagai traits within the individual leader. Jadi
seseorang dapat menjadi pemimpin karena dilahirkan sebagai pemimpin dan bukan
karena dibuat atau dididik untuk itu (leader were borned and note made).
ü Teori
Sosial. Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi,
maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial
ini ialah bahwa—Leader are made and not born—(pemimpin itu dibuat atau
dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori
genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa
setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman
yang cukup. Teori ini memandang kepemimpinan sebagai fugsi kelompok (function
of the group). Menurut teori ini, sukses tidaknya suatu pemimpin tidak hanya
dipengaruhi oleh sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi justru yang lebih
penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang
didampinginya.
ü Teori
Ekologis. Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung
kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran
teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa
seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah
memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui
pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan
lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori
terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran.
Teori ini tidak hanya didasari atas padangan yag bersifat psikologis dan
sosiologis, tetapi juga ekonomi dan politis. Menurut teori ini kepemimpinan
dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi (function of the situation). Teori
yang ketiga ini menunjukkan bahwa, betapapun seorang pemimpin telah memiliki
sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan dapat menjalankan fungsinya sebagai
anggota kelompok, sukses tidaknya kepemimpinannya masih ditentukan pula oleh
situasi yang selalu berubah yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan
kehidupan kelompok yang didampingnya.
Namun
demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat
mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok
pemimpin yang baik. Selain pendapat-pendapat yang menyatakan tentang timbulnya
gaya kepemimpinan tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya
kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu
pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan
tersebut diwujudkan.
3.
Tujuan
Kepemimpinan
ü Mengupayakan
kesejahteraan bagi orang banyak sehingga menjadi berguna bagi semua orang.
Bukan sebaliknya.
ü Menolong
setiap anggota mengembangkan potensinya secara penuh sehingga bisa lebih
produktif dan efisien.
ü Menolong
kelompok dalam pencapaian tujuan atau visi-misi pelayanan melalui kerja tim
yang efektif.
4.
Tugas
Pokok Pemimpin/Manager
Menurut james A F
Stoner, tugas utama seorang pemimpin adalah
Seorang
pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan
atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang
diluar organisasi. Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk menyusun tugas
menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik.
Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan. Proses
kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan
mendahulukan prioritas. Dalam upaya mencapai tujuan pemimpin harus dapat
mendelegasikan tugas – tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus mengatur
waktu secara efektif, dan menyelesaikan masalah secara efektif. Seorang
pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya
dapat mengidentifikasikan masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat
menguraikan seluruh pekerjaanmenjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan
lain. Konflik selalu terjadin pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu,
pemimpin harus menjadi seorang mediator (penengah) seorang pemimpin harus mampu
mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin
harus dapat mewakili tim atau organisasinya. Seorang pemimpin harus dapat
memecahkan masalah.
Menurut Henry Mintzberg, para pemimpin adalah :
Peran
hubungan antara perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang
dicontoh, pengaruh tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi. Fungsi peran
informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara. Peran pembuat keputusan,
berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan
negosiator.
Prinsip,
sebagai paradigm terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi
dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi.
Menurut Stephen R. covey (1997)
Prinsip
adalah bagian dari suatu kondisi,realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip
menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak
dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama system pendukung
kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti ; keselamatan, bimbingan,
sikap yang bijaksana dan kekuatan.
Pemimpin
adalah inti dari manajemen. ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya
jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai
kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa
menanyakan alasan – alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif
membuat rencana –rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin
pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama sama.
Kepemimpinan
adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang – orang lain agar mau bekerjasama
untuk mencapai tujuan tertuntu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok
yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu mempengaruhi perilaku orang
lain. Kepemimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang – orang
yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan atau diarahkan oleh
orang yang memimpinnya.
5. Peranan Pemimpin
1.
Sebagai Pelaksana (executive)
2.
Sebagai Perencana (planner)
3.
Sebagai Seorang Ahli (expert)
4.
Wakil Organisasi (representing)
5.
Mengawasi Hubungan (controller of
internal relationship)
6.
Sebagai pemberi Ganjaran atau Pujian dan
Hukuman (purveyor of rewards and punishments)
7.
Sebagai Wasit dan Penengah (arbitrator
and mediator)
8.
Merupakan bagian dari Kelopmpok
(exemplar)
9.
Merupakan Lambang Kelompok (symbol of
the group)
10.
Pemegang Tanggungjawab (surrogate for
individual responsibility)
11.
Sebagai Seorang Ayah (father figure)
12.
Sebagai Kambing Hitam (Scape Goat)
6. Dimensi-dimensi Kepemimpinan
Dalam
usahanya maenggabungkan teori dan penelitian tentang kepemimpinan, David G.
Bowers dan Stanley E. Seashore mengusulkan empat dimesi pokok dari struktur
fundamental kepemimpinan, yaitu:
1. Bantuan
(support)—tingkah laku yang memperbesar perasaan berharga seseorang dan merasa
dianggap penting.
2. Kemudahan
Interaksi—tingkah laku yang memberanikan anggota-anggota kelompok untuk
mengembangkan hubungan-hubungan yang saling menyenangkan.
3. Pengutamaan
Tujuan—tingkah laku yang merangsang antusiasme bagi penemuan tujuan kelompok
mengenai pencapaian prestasi yang baik.
4. Kemudahan
Bekerja—tingkah laku yang membantu pencapaian tujuan dengan kegiatan-kegiatan
seperti penetapan waktu, pengkoordinasian, perencanaan, & penyediaan
sumber-sumber seperti alat-alat, bahan-bahan & pengetahuan teknis.
7.
Sifat-sifat
Pemimpin
Sifat-sifat
yang diperlukan seorang pemimpin agar dapat sukses dalam kepemimpinannya, lima
sifat pemimpin menurut Thierauf; 16 sifat-sifat yang dibutuhkan pemimpin
adalah; Kecerdasan, Inisiatif, Daya khayal, Bersemangat (enthusiasme), Optimisme,
Individualisme, Keberanian, Keaslian (Orijinilitas), Kesedian Menerima, Kemampuan
berkomunikasi, Perilaku yang wajar terhadap sesame, Kepribadian, Keuletan, Manusiawi
, Kemampuan mengawasi, dan Ketenangan diri.
8.
Model
Pemimpin dalam Mengambil Keputusan
(Vromm &
Yetton)
ü Model
DIREKTIF: Membuat putusan sendiri
(make decision alone). Jika tingkat keefektifan teknis dan tingkat motivasi
dukungan bawahan rendah.
ü Model
KONSULTATIF: Membuat putusan secara konsultatif (consult). Jika tingkat
keefektifan teknis dari bawahan tinggi, tetapi tingkat motivasi dukungan
bawahan rendah.
ü Model
DELEGATIF: Membuat putusan dengan mendelegasikan (delegate). Jika tingkat
keefektifan teknis bawahan rendah dan tingkat motivasi dukungan bawahan tinggi.
ü Model
PARTISIPATIF: Membuat putusan bersama (share decision). Jika tingkat
keefektifan teknis maupun tingkat motivasi dukungan bawahan keduanya tinggi.
9.
Tipologi Kepemimpinan
(Sondang
P. Siagian)
1) Tipe
Otokratis. Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki
kriteria atau ciri sebagai berikut:
·
Menganggap organisasi sebagai pemilik
pribadi;
·
Mengidentikkan tujuan pribadi dengan
tujuan organisasi;
·
Menganggap bawahan sebagai alat
semata-mata;
·
Tidak mau menerima kritik, saran dan
pendapat;
·
Terlalu tergantung kepada kekuasaan
formalnya;
·
Dalam tindakan pengge-rakkannya sering
mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2) Tipe
Militeristis. Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari
seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi
militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang
memiliki sifat-sifat berikut :
·
Dalam menggerakan bawahan sistem
perintah yang lebih sering dipergunakan;
·
Dalam menggerakkan bawahan senang
bergantung kepada pangkat dan jabatannya;
·
Senang pada formalitas yang
berlebih-lebihan;
·
Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku
dari bawahan;
·
Sukar menerima kritikan dari bawahannya;
·
Menggemari upacara-upacara untuk
berbagai keadaan.
3) Tipe
Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang
paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut :
·
Menganggap bawahannya sebagai manusia
yang tidak dewasa;
·
Bersikap terlalu melindungi (overly
protective);
·
Jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil keputusan;
·
Jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil inisiatif;
·
Jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya;
·
Dan sering bersikap maha tahu.
4) Tipe
Karismatik. Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan
sebab-sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma.
·
Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang
demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya
mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu
sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin
itu.
·
Karena kurangnya pengetahuan tentang
sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya
dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra
natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan
sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar
Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F. Kennedy adalah seorang
pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih
menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat
digolongkan sebagai orang yang ganteng.
5) Tipe
Demokratis. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe
pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini
terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
·
Dalam proses penggerakan bawahan selalu
bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di
dunia;
·
Selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari
pada bawahannya;
·
Senang menerima saran, pendapat, dan
bahkan kritik dari bawahannya;
·
Selalu berusaha mengutamakan kerjasama
dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan;
·
Ikhlas memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki
agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani
untuk berbuat kesalahan yang lain;
·
Selalu berusaha untuk menjadikan
bawahannya lebih sukses daripadanya; dan
·
Berusaha mengembangkan kapasitas diri
pribadinya sebagai pemimpin.
Secara
implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal
yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal,
alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang
demokratis.
ANALISA MANAJEMEN KEPEMIMPINAN
A.
Pemimpin dan manajemen
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa
manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat
dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang
mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi
pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan
alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat
rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan
untuk mencapai tujuan bersama-sama.
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku
orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi
itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan,
yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-mimpinan dalam organisasi
diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat
seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya.
Motivasi orang untuk berperilaku ada dua macam, yaitu
motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Dalam hal motivasi ekstrinsik perlu
ada faktor di luar diri orang tersebut yang mendorongnya untuk berperi-laku
tertentu. Dalam hal semacam itu kepemimpinan adalah faktor luar. Sedang
motivasi intrinsik daya dorong untuk berperilaku tertentu itu berasal dari
dalam diri orang itu sendiri. Jadi semacam ada kesadaran kemauan sendiri untuk
berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki mutu kerjanya.
Dalam proses tersebut pimpinan membimbing, memberi
pengarahan, mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta
menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diingini bersama.
Semua yang dilakukan pimpinan harus bisa dipersepsikan oleh orang lain dalam
organisasinya sebagai bantuan kepada orang-orang itu untuk dapat meningkatkan
mutu kinerjanya. Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang
sangat penting. Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk
menumbuhkan nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus bermutu, atau memberi
pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu adalah suatu keharusan yang
mulia, dan lain sebagainya. Dengan nilai-nilai baru yang dimiliki itu orang
akan tumbuh kesadarannya untuk berbuat yang lebih bermutu. Dalam ilmu
pendidikan ini masuk dalam kawasan affective.
B.
Pandangan
Kepemimpinan
·
Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan
formal, tetapi juga diluar sekolah.
Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar.
Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
·
Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab
prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan
utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada
pelayanan yang baik.
·
Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan
energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung
kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun
hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu
yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus
dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;
·
Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf
bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan
yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
·
Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya.
Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan
olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara
kehidupan dunia dan akherat.
·
Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam
hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala
konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan,
mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung
pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan
kebebasan.
·
Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan
satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan
lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah
pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah
satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja
secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang
atasan, staf, teman sekerja.
·
Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin
harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi.
Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan diri
terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan:
·
Pemahaman materi;
Memperluas materi melalui belajar dan pengalaman
·
Mengajar materi kepada orang
lain;
·
Mengaplikasikan
prinsip-prinsip;
·
Memonitoring hasil;
·
Merefleksikan kepada hasil;
·
Menambahkan pengetahuan baru yang
diperlukan materi;
·
Pemahaman baru; dan
·
Kembali menjadi diri sendiri lagi.
Mencapai
kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam
bentuk kebiasaan buruk, misalnya:
1.
Kemauan dan keinginan sepihak;
2.
Kebanggaan dan penolakan; dan
3.
Ambisi pribadi.
Untuk mengatasi hal tersebut,
memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman
sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan.
C
Hal Mendasar Yang Perlu Untuk seorang pemimpin
a.
Organisasi
:
Mengapa organisasi
yang dipimpinnya ini ada dan untuk apa ? Jawaban ter-hadap pertanyaan yang
sangat mendasar ini perlu dikuasai secara baik oleh semua orang yang memegang
tampuk kepemimpinan dari suatu organisasi. Tanpa menguasai jawabannya secara
baik diragukan apakah mereka akan mampu mengarahkan orang-orang lain dalam
organisasi itu ke tujuan yang seharusnya.
b.
Visi
:
Akan
menjadi organisasi yang bagaimanakah organisasi itu di masa depan ? Orang-orang
yang memegang kepemimpinan perlu memiliki pandangan jauh ke depan tentang
organi-sasinya; mereka ingin mengembangkan organisasinya itu menjadi organisasi
yang bagaimana, yang mampu berfungsi apa dan bagaimana, yang mampu memproduksi
benda dan jasa apa dan yang bagaimana, serta untuk dapat disajikan kepada siapa
? Visi ini seharusnya berjangka panjang, misalnya 10 tahun atau 25 tahun ke
dapan, agar dapat memfasilitasi usaha-usaha perbaikan mutu kinerja yang
berkelanjutan.
c.
Misi
:
Mengapa
kita ada dalam organisasi ini ? Apa tugas yang harus kita lakukan ? Jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan visi tersebut di atas.
Bagaimana visi itu akan dapat diwujudkan ? Tugas-tugas pokok apakah yang harus
dilakukan oleh organisasi agar visi atau kondisi masa depan organisasi tadi
dapat diwujudkan. Rumusan tentang misi organisasi ini juga seharusnya dapat
dikuasai dengan baik dan jelas oleh orang-orang yang memegang kepemimpinan agar
mereka dapat memberi arahan yang benar dan jelas kepada orang-orang lain.
d.
Nilai-nilai
Prinsip-prinsip
apa yang diyakini sebagai kebenaran yang berfungsi sebagai pedoman dalam
menjalankan tugas organisasi, dan ingin agar orang lain dalam organisasi juga
mengadopsi prinsip-prinsip tersebut. Misalnya mutu, fokus pada pelanggan,
disiplin, kepelayanan adalah nilai-nilai yang seharusnya dianut oleh
orang-orang yang memegang kepemimpinan MMT.
e.
Kebijakan
Ialah
rumusan-rumusan yang akan disampaikan kepada orang-orang dalam organisasi
sebagai arahan agar mereka mengetahui apa yang harus dilakukan dalam
menyediakan pelayanan dan barang kepada para pelanggan. Orang-orang yang
memegang kepemim-pinan harus mampu merumuskan kebijakan-kebijakan semacam itu
agar orang-orang dapat menyajikan mutu seperti yang diinginkan oleh organisasi.
f.
Tujuan-tujuan
Organisasi
Ialah
hal-hal yang perlu dicapai oleh organisasi dalam jangka panjang dan jangka
pendek agar memungkinkan orang-orang dalam organisasi memenuhi misinya dan
mewujudkan visi mereka. Tujuan-tujuan organisasi itu perlu dirumuskan secara
kongkrit dan jelas.
g.
Metodologi
:
Adalah
rumusan tentang cara-cara yang dipilih secara garis besar dalam bertindak
menuju pewujudan visi dan pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Metodologi ini
terbatas pada garis-garis besar yang perlu dilakukan dan bukan detil-detil
teknik kerja.
Ketujuh hal yang sangat mendasar itu perlu dikuasai dan
dalam implementasi MMT hal itu akan dituangkan dalam merumuskan rencana
strategis untuk mutu. Tanpa kemampuan merumuskan ketujuh hal itu secara
spesifik dan mengkomunikasikannya kepada orang-orang dalam organisasi, sulit
bagi orang-orang itu untuk mewujudkan mutu seperti yang diinginkan.
D.
Manajemen Kepemimpinan
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja,
yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah
tujuan-tujuan organisasi atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu
kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing” sedang pelaksanaannya disebut
manager atau pengelola (Terry dan Leslie, 2003).
Fungsi
Manajemen
Terry
(2003:15) membagi fungsi manajemen sebagai berikut:
·
Perencanaan
Perencanaan adalah proses memutuskan tujuan-tujuan
apa yang akan dikejar selama suatu jangka waktu yang akan datang dan apa yang
dilakukan agar tujuan-tujuan itu dapat tercapai. Perencanaa efektif haruslah
didasarkan atas faktafakta dan informasi dan tidak atas emosi dan keinginan.
Perencanaan yang memadai harus berlangsung sebelum kegiatan. Membalikkan
urutan-urutan ini berarti, bahwa kegiatan dikacaubalaukan dengan hasil.
Perencanaan merupakan kegiatan awal yang sangat
menentukan pelaksanaan fungsi-fungsi lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa
kegiatan perencanaan dilakukan untuk mengantisipasi berbagai ketidaksiapan yang
akan dihadapi pada masa yang akan datang, akibat adanya ketidak siapan. Oleh
karena itu kegiatan perencanaan meliputi hal-hal sebagai berikut: (a) Mengadakan
survey terhadap lingkungan, (b) Menentukan sasaran, (c) Meramalkan
kondisi-kondisi dimasa yang akan dating, (d) Menentukan sumber-sumber yang
diperlukan, (e) Memperbaiki dan menyelesaikan rencana karena adanya
perubahan-perubahan kondisi.
Manullang
(1996:18) berpendapat bahwa perumusan rencana pada dasarnya bermaksud menjawab
enam pertanyaan berikut: (1) tindakan apa yang harus dilkerjakan, (2) apakah
sebabnya tindakan itu harus dikerjakan, (3) dimanakah tindakan itu harus di
lakukan, (4) kapankah tindakan itu dilaksanakan, (5) siapakah yang akan
mengerjakan tindakan itu, (6) bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu.
Perencanaan dapat diartikan sebagai proses
penyusunan berbagai keputusan yang akanm dilaksanakan pada masa yang akan
dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan
(Gaffer, 1987 dalam Syaiful, 2009:47). Oleh karena itu perencanaan merupakan
proses penetepan dan pemanfaatan sumber-sumber daya secara terpadu yang
diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan
dilaksanakan secara efesian dan efektif dalam mencapai tujuan. Dengan demikian
perencanaan adalah sasaran untuk bergerak dari keadaan masa kini kesuaatu
keadaan dimasa yang akan datang sebagai suatu proses yang menggambarkan kerja
sama untuk mengembangkan upaya peningkatan organisasi secara menyeluruh.
Pendapat di atas menunjukkan bahwa dalam kegiatan
perencanaan perlu memperhatikan tingkat ketersediaan sumber daya serta peluang
yang ada dalam mengimplementasikan pekerjaan. Termasuk pada bagian ini turut
direncakan siapa yang menjadi pengelola, kapan harus dikelola, serta bagaimana
strategi yang harus dilakukan untuk melaksanakan setiap rencana yang telah
dilakukan. Dengan demikian maka perencanaan sesungguhnya merupakan langkah strategis
untuk menentukan arah dan kebijakan tentang yang akan dilakukan sehingga tujuan
dapat dicapai.
·
Pengorganisasian
Menurut
Purwanto (1998:16) Kegiatan pengorganisasian merupakan lanjutan dari kegiatan
perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan pengorganisasian
dilakukan untuk menyusun dan merancang kegiatan yang direncakan dapat berjalan
dengan baik. Pengorganisasian terfokus pada kegiatan pengidentifikasian
pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan melalui penentuan sumber daya
organisasi dengan cara membagi pekerjaan dalam tugas-tugas tertentu serta
mengelompokkannya sesuai dengan deskripsi tugas-tugas dalam jabatan-jabatan.
Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan dilaksanakan secara utuh dapat mencapai
target yang diharapkan.
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi
tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang
saja, maka tugastugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing organisasi
kegiatan pengorganisasian adalah untuk menentukan siapa yag akan melaksanakan
tugas sesuai prinsip pengorganisasian.
Salah satu prinsip pengorganisasian adalah
terbaginya sebuah tugas dalam berbagai unsur organisasi secara profesional,
dengan kata lain pengorganisasian yang efektif adalah membagi habis dan menstrukturkan
tugas-tugas kedalam subsub atau komponen-komponen organisasi. Pengorganisasian
diartikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih orang-orang serta
mengalokasikan sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam
organisasi.
Pengorganisasian juga dimaksudkan mengatur mekanisme
kerja organisasi, sehingga dengan pengaturan tersebut dapat menjamin pencapaian
yang ditentukan.
·
Penggerakan
Fungsi penggerakan untuk mengawali dan melanjutkan
kegiatan yang ditetapkan dalam kegiatan perencanaan dan pengorganisasian. Terry
(2003:17) Kegiatan penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari
pegawaipegawainya, memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan dan member
kompensasi kepada mereka. Ini menunjukkan bahwa kegiatan penggerakan dilakukan
untuk mensuport agar setiap personil organisasi bersedia melakukan aktivitas
melalui motivasi serta mediasi pimpinan organisasi.
Menggerakkan (actuating) menurut Terry
2003:17) berarti merangsang anggota-anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas
dengan antusias dan kemauan yang baik. Tugas menggerakkan dilakukan oleh
pemimpin, oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran yang
sangat penting menggerakan personel melaksanakan program kerja sekolah.
·
Koordinasi (coordination):
penerapan sistem formal untuk mencapai koordinasi lebih besar kepemimpinan
terasa sebagai pengaman. Sistem organisasi umumnya tidak efektif karena muncul
krisis birokrasi, dan umumnya krisis itu akan terjadi jika organisasi menjadi
terlalu besar dan rumit untuk dikelola solusinya adalah kolaborasi.
Sedangkan
Oteng Sutisna (1983:199) merumuskan organisasi adalah mempersatukan
sumbangan-sumbangan dari orang-orang, bahan dan sumbersumber lain kearah
tercapainya maksud yang telah ditetapkan. Sementara itu, Purwanto (1984:29) mengemukakan
koordinasi adalah aktivitas membawa hubungan yang harmonis dan produktif dalam
mencapai suatu tujuan dalam hubungan yang harmonis dan produktif.
·
Pengawasan
Pengawasan adalah suatu proses dasar, serupa saja
dimanapun ia terdapat dan apapun yang diawasi. Pengawasan yang tepat membantu
hubungan-hubungan manusia yang baik. Fungsi pengawasan ialah cara untuk
menentukan apakah diperlukan sesuatu penyesuaian atau tidak dan karena itu ia
haruslah merupakan bagian integral dari sistem manajemen. Secara umum
pengawasan dikaitkan dengan upaya untuk mengendalikan, membina dan pelurusan
sebagi upaya pengendalian mutu dalam arti luas. Melalui pengawasan yang
efektif, roda organisasi, inplementasi rencana, kebijakan, dan upaya
pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Pengawasan ialah fungsi
administrator memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang
dikehendaki. Mengawasi ialah proses dengan mana administrasi melihat apakah
yang terjadi itu sesuai dengan yang apa yang seharusnya terjadi, jika tidak
maka penyesuaian yang perlu di buatnya.
Sedangkan Hadari Nawawi (1989:43) menegaskan bahwa
pengawasan dalam administrasi berarati kegiatan mengukur tingkat efektifitas
kerja personal dan tingkat efensiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam
usaha mencapai tujuan. Kemudian
Johnson
(1973:74) mengemukakan bahwa pengawasan adalah sebagai fungsi sistem yang
melakukan penyesuaian terhadap rencana. Mengusahakan agar
penyimpangan-penyimpangan tujuan sistem hanya dalam batas-batas yang dapat ditoleransi.
Artinya pengawasan sebagai kendalai perdorman petugas, proses, dan output
sesuai dengan rencana, kalaupun ada penyimpangan hal itu diusahakan agar tidak
lebih dari batas yang dapat ditoleransi (Pidarta, 1988: 168 dalam Syaiful
Sagala, 2009). Semua fungsi yang telah dijelaskan di atas tidak akan efektif
tanpa fungsi pengawasan. Manulang (1996:20) mengartikan pengawasan sebagai
salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan koreksi sehingga apa yang
dilakukan dapat diarahkan kejalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang
sudah digariskan semula. Dengan pengawasan yang intensif maka cenderung akan
memberikan hasil yang optimal dalam setiap pekerjaan. Oleh karenanya pengawasan
pada setiap pekerjaan perlu dilakukan secara efektif untuk mendukung pencapaian
tujuan organisasi.
Manajemen Kepemimpinan lebih diarahkan kepada
kelompok-kelompok kerja yang memiliki tugas atau fungsi masing-masing, tidak
memfokus kepada individu. Hal ini akan berakibat tumbuh berkembangnya kerjasama
dalam kelompok-kelompok. Motivasi individu akan menjadi tugas semua orang dalam
kelompok, jadi kelompok kerja menjadi sumber motivasi bagi setiap ang-gota
dalam kelompok. Karena pimpinan selalu menilai kinerja kelompok, bukan
individu, maka masing-masing kelompok akan berusaha memacu kerjasama yang
sebaik-baiknya, kalau perlu dengan menarik-narik teman sekelompoknya yang
kurang benar kerjanya.
Kepemimpinan Manajemen tidak selalu membuat keputusan
sendiri dalam segala hal, tetapi hanya melakukannya dalam hal-hal yang akan
lebih baik kalau dia yang memutuskannya. Sisanya diserahkan wewenangnya kepada
ke-lompok-kelompok yang ada di bawah pengawasannya. Hal ini dilakukan terutama
untuk hal-hal yang menyangkut cara melaksanakan pekerjaan secara teknis.
Orang-orang yang ada dalam kelompok-kelompok kerja yang sudah mendapatkan
pelatihan dan sehari-hari melakukan pekerjaan itulah yang lebih tahu bagaimana
melakukan pekerjaan dan karenanya menjadi lebih kompeten untuk membuat
keputusan dari pada sang pimpinan.
Seorang pimpinan Manajemen selalu mendambakan pembaharuan,
sebab dia tahu bahwa hanya dengan pembaharuan akan dapat dihasilkan mutu yang
lebih baik. Oleh karena itu dia harus selalu mendorong semua orang dalam
organisasinya untuk berani melakukan inovasi-inovasi, baik itu menyangkut cara
kerja maupun barang dan jasa yang dihasilkan. Tentu semua itu dilakukan melalui
proses uji coba dan evaluasi secara ketat sebelum diadopsi secara luas dalam
organisasi. Sebaliknya seo-rang pimpinan tidak sepatutnya mempertahankan
kebiasaan-kebiasaan kerja lama yang sudah terbukti tidak menghasilkan mutu seperti
yang diharapkan olah organisasi maupun oleh para pe-langgannya.
Pemimpin Manajemen selalu bertindak proaktif yang bersifat preventif dan
antisipatif. Pemimpin Manajemen tidak hanya bertindak reaktif yang mulai
mengambil tindakan bila su-dah terjadi masalah. Pimpinan yang proaktif selalu
bertindak untuk mencegah munculnya masa-lah dan kesulitan di masa yang akan
datang. Setiap rencana tindakan sudah difikirkan akibat dan konsekuensi yang
bakal muncul, dan kemudian difikirkan bagaimana cara untuk mengeliminasi
hal-hal yang bersifat negatif atau sekurang berusaha meminimalkannya. Dengan
demikian ke-hidupan organisasi selalu dalam pengendalian pimpinan dalam arti
semua sudah dapat diper-hitungkan sebelumnya, dan bukannya memungkinkan
munculnya masalah-masalah secara me-ngejutkan dan menimbulkan kepanikan dalam
organisasi. Tindakan yang reaktif biasanya sudah terlambat atau setidaknya
sudah sempat menimbulkan kerugian atau akibat negatif lainnya.
Pimpinan dalam Manajemen dianjurkan melakukan pembandingan
dengan organisasi lain, membandingkan mutu organisasinya dengan mutu organisasi
lain yang sejenis. Kegiatan ini disebut benchmarking. Pimpinan Manajemen selalu
berusaha menya-mai mutu kinerja organisasi lain dan kalau bisa bahkan berusaha
melampaui mutu organisasi lain. Bila pimpinan berbicara tentang mutu organisasi
lain dan kemudian ingin menyamai atau melebihi mutu organisasi lain itu,
berarti pmpinan itu berbicara tentang persaingan. Setiap organisasi berusaha
mendapatkan pelanggan yang lebih banyak dan yang berciri lebih baik. Usaha ini
hanya akan berhasil kalau organisasi itu mampu berkinerja yang mutunya lebih
tinggi dari organisasi lain. Ini persaingan. Manajemen dikembangkan untuk
memenangkan persaingan. Oleh karena itu pimpinan Manajemen selalu harus
menyadari adanya persaingan dan berbicara tentang itu dengan orang-orang dalam
organisasinya.
Pemimpin Manajemen tidak berusaha memusatkan kepemimpinan pada dirinya, tetapi
akan menyebarkan kepemimpinan itu pada orang-orang lain, dan hanya menyisakan
pada dirinya yang memang harus dipegang oleh seorang pimpinan. Kepemimpinan
yang dimaksudkan adalah pengambilan keputusan dan pengaruh pada orang lain.
Pengambilan tentang kebijaksanaan organisasi tetap ditangan pimpinan-atas, dan
lainnya yang bersifat operasional atau bersifat teknis disebarkan kepada
orang-orang lain sesuai dengan kedudukan dan tugasnya. Dalam banyak hal bahkan
pengambilan keputusan itu diserahkan kepada tim atau kelompok kerja
tertentu.
Evaluasi dan simulasi
Dalam
memberikan evaluasi dan simulasi, pemateri dapat berkoordinasi langsung dengan panitia
pelaksana kegiatan.